Kamis, 03 Juni 2021

 

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PERGURUAN TINGGI BERBASIS KARAKTER DI ERA DISRUPSI


Ditulis Oleh Audy Kurnia Tri Saely

Revolusi industri 4.0 merupakan kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis, yang mengubah cara hidup kerja manusia secara fundamental. Pada Sektor bisnis, misalnya kemajuan dalam daya komputasi, kecerdasan buatan, robotik, dan ilmu material dapat mempercepat pergeseran menuju produk yang lebih ramah lingkungan. Kemajuan teknologi digital telah merubah tatatan bisnis baik sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, kemajuan teknologi digital menawarkan kemudahan kepada konsumen dalam melakukan beragam aktivitas sehari-hari seperti berkomunikasi, membeli barang, memesan tiket, hingga bertransaksi hanya dengan menggunakan gawai.. Investor masa kini lebih mempertimbangkan aset tak berwujud seperti inovasi dan penguasaan teknologi dibandingkan aset berwujud berupa gedung atau pabrik, tanah dan peralatan.
Skala dan luasnya inovasi teknologi merevolusi cara berbisnis.Hal ini tercemin dari jejak digital “entrepreneurship” yang selalu di baris paling atas pada pencari google. Belajar kewirausahaan tidak lagi tersekat ruang kuliah karena google play store menyediakan setidaknya 200-an aplikasi pembelajaran kewirausahaan. Adapun survei yang dilakukan oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM) tahun 2018, mengilustrasikan kondisi kewirausahaan di Indonesia. Terkait indikator Total Early-stage Entrepreneurial Activity (TEA), misalnya skor TEA Indonesia (14%) jauh lebih tinggi jika dibandingkan Jepang, Taiwan, China dan India. Adapun fakta lain, hasil survei GEM menunjukkan dua indikator lain; yaitu entrepreneurial education at school dan post-school stage pada entrepreneurial framework conditions menempatkan Indonesia di urutan ke-2 dan 3 dari 54 negara.

Bisnis pun ada Pendidikannya di beberapa Negara Bagian, Pendidikan kewirausahaan itu pun membekali mahasiswa tentang pengetahuan berwirausaha dalam bentuk startup bisnis . Wilson mengemukakan bahwa perbedaan antara pendidikan kewirausahaan di Amerika Serikat dan Eropa bermuasal dari perbedaan cara kewirausahaan didefinisikan. Temuannya menunjukkan universitas-universitas di Amerika memainkan peranan penting dalam ekosistem bisnis lokal, menghubungkan akademisi dan perusahaan untuk memperkuat jaringan kemitraan para wirausaha, pemodal ventura, dan praktisi bisnis. Dalam perkembangan di Indonesia beberapa perguruan tinggi mulai mendirikan program studi kewirausahaan. Tercatat sebanyak 20 perguruan tinggi telah tergabung dalam Aliansi Program Studi Kewirausahaan Indonesia (APSKI). Pengembangan pendidikan kewirausahaan menghadapi beragam tantangan sebagai berikut : Pertama, Seharusnya mereka memberikan porsi yang lebih besar pada pembimbingan peserta didik untuk mampu menggali potensi diri sebagai wirausaha.

Kedua, Seharusnya filosofi dan nilai-nilai kewirausahaan diintegrasikan pada apapun mata pelajaran atau kuliah secara tematik sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Ketiga, Manajemen satuan pendidikan berorientasi entrepreneurial merupakan satu dari sekian banyak komponen hidden curriculum yang akan menumbuhkan atmosfir kewirausahaan bagi warga belajar.

Keempat, Penting memberikan pemahaman bagaimana mengelola uang secara bijak sejak dini. Orang tua atau pendidik seringkali menganggap tabu membicarakan segala sesuatu tentang uang kepada anak berusia dini.

Kelima, Pada jenjang perguruan tinggi masih minim jumlah perusahaan yang mau bermitra dengan lembaga pendidikan tinggi untuk mencetak wirausaha baru melalui pendirian inkubator bisnis.

Keenam, pembelajaran kewirausahaan harus diperkaya dengan beragam metode pembelajaran disesuaikan tuntutan era disrupsi metode pengajaran dan pembelajaran diarahkan untuk memperkuat literasi data, digital dan kemanusiaan secara bersamaan.

Berdasarkan kajian sejumlah literatur, ditemukan beragam model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi berbasis riset. Berbeda dengan negara berkembang, pendidikan kewirausahaan diajarkan ke peserta didik secara pragmatis. Pendidikan kewirausahaan di negara maju telah lama dikembangkan atas dasar penelitian dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk meningkatan efektifitas pembelajaran kewirausahaan. Para peneliti kewirausahaan di negara maju telah menemukan beragam model pendidikan kewirausahaan sesuai kondisi masing-masing negara.


Van Vuureen (1999) mengembangkan model pendidikan kewirausahaan (Entrepreneurial Education Model) berbasis kinerja (entrepreneurial performance) dengan formula E/P = [ aM (bE/S x cB/S)]. Model tersebut menjelaskan bahwa Entrepreneurial Performance merupakan fungsi dari motivasi, entrepreneurial skill dan business skill. Menurut Linan (2004), pendidikan kewirausahaan dibedakan menjadi empat jenis yaitu: Pertama, pendidikan kesadaran berwirausaha (entrepreneurial awareness education), Kedua, pendidikan yang bertujuan untuk mendorong seseorang agar mampu mendirikan sebuah bisnis (education for start-up), Ketiga adalah education for entrepreneurial dynamism, Keempat, pendidikan lanjutan bagi wirausahawan (continuing education for entrepreneurs).

Pretorius dan Ras (2007) mengembangkan model pendidikan kewirausahaan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di negara berkembang, yaitu Afrika Selatan. Model yang dikembangkan tidak hanya menekankan pada isi dari pendidikan kewirausahaan namun juga konteks dimana proses pembelajaran tersebut dijalankan oleh fasilitator dengan pendekatan yang digunakannya.

Model pendidikan kewirausahaan yang komprehensif dikembangkan oleh The Quality Assurance Agency for Higher Education . Menurut model ini , pendidikan kewirausahaan harus mampu membekali peserta didik dengan keterampilan bisnis dan keterampilan kewirausahaan. Hal yang penting untuk dipikirkan adalah bagaimana melekatkan antara bisnis dan kewirausahaan ke dalam kurikulum. Ketrampilan dalam menjalankan perusahaan tidak hanya meliputi mengusulkan ide-ide baru, mengidentifikasikan peluang, namun juga mencakup hal yang lebih luas yaitu penerapan kemampuan emosi, intelektual, sosial dan teknis. Oleh karena itu pendidikan bisnis juga diharapkan dapat membangun ketrampilan dan intuisi dalam pengambilan keputusan, kerjasama dalam tim, membangun jaringan, pemecahan masalah secara kreatif, inovatif, kemampuan berpikir strategik, dan kemampuan menyelesaikan tugas sesuai dengan target. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa baik pendidikan bisnis maupun pendidikan kewirausahaan membekali mahasiswa dan lulusan untuk dapat mengembangkan kesadaran berbisnis, pola pikir berwirausaha, dan kemampuan berwirausaha secara keseluruhan ke dalam bidang yang lebih luas.

Valerio, Parton and Robb (2014) membagi pendidikan kewirausahan ke dalam 2 jenis yaitu; program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship education and training). Keduanya memiliki tujuan untuk merangsang atau mendorong kewirausahaan, namun berbeda dalam hal berbagai tujuan atau luaran program itu sendiri. Program pendidikan kewirausahaan cenderung berfokus pada membangun pengetahuan tentang kewirausahaan dan keterampilan yang diperlukan untuk tujuan kewirausahaan. Untuk Pelajaran Mahasiswa mengenai Kewirausahaan ini ditekankan pada ranah sikap (attitude) di antaranya untuk mengembangkan sikap kreatif, inovatif, dorongan untuk mengungguli orang lain, percaya diri, keberanian menghadapi risiko, komitmen, kepemimpinan dan kemampuan memecahkan masalah.

Sikap ini dikembangkan melalui metode pembelajaran diskusi, symposium, brainstorming dan experimental/ Project. Tahapan pembentukan karakter wirausaha bagi mahasiswa dapat dirangkum dalam berbagai kegiatan yang bersifat adaptif dan kompetitif. Merespon tantangan revolusi industri 4.0, pendidikan kewirausahaan harus diarahkan untuk mampu meningkatan literasi data dan digital. Kedua literasi ini diperlukan agar mahasiswa mampu mengikuti perubahan dunia bisnis berbasis teknologi digital.

Dari Artikel ini saya dapat mengambil kesimpulan, Di era revolusi industri 4.0 merupakan kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis. Dunia Bisnis juga sangat dipengaruhi. Dari Pendapat – Pendapat para ahli yang tertera di Artikel ternyata berwirausaha bukan hanya sekedar mendapat ide lalu dibuat dan dipasarkan tetapi masih banyak metode – metode, model- model maupun jenis- jenis lain yang harus dipelajari lagi agar sukses dalam berbisnis para era sekarang. Dan untuk Universitas maupun dosen pengajar Ilmu bisnis atau Berwirausaha harus lebih memperhatikan dan mendalami pendapat – pendapat dari para ahli yang tertera di artikel ini untuk para mahasiswa agar lebih bisa paham lebih jauh mengenai bisnis itu sendiri bagaimana, dan mampu merealisasikan saat memulai untuk berwirsausaha.

 

 

Media Sosial dan Roda Perekonomian Masyarakat di masa New Normal

 

Oleh : Audy Kurnia Tri Saely

Penetapan status pandemi covid – 19 oleh World Health Organization (WHO) pada bulan Maret lalu telah mempengaruhi aktivitas masyarakat dalam skala global. Dampak penyebaram virus tidak hanya merusak sektor kesehatan, tapi juga sosial, ekonomi hingga politik. Dilansir oleh WHO dalam suatu media berita, pada bulan Maret tahun ini Virus yang bernama Corona Virus ini mulai mewabah di salah satu kota di China yaitu Wuhan di awal Desember 2019.


Virus ini menginfeksi saluran pernapasan hingga menyebabkan gejala batuk,pilek dan kemungkinkan terburuk seperti terserang Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Di Indonesia ini sendiri, kasus pertama Covid – 19 dikonfirmasi pada 2 Maret 2019 setelah seorang anak dan ibunya yang positif terinfeksi Covid – 19 oleh seorang warga negara Jepang. Lalu pada 9 April Pandemi mulai menyebar ke 34 Provinsi diseluruh Indonesia. Saat ini tepat 9 bulan sejak kasus pertama Covid – 19 di Indonesia dimumkan oleh Presiden RI Joko Widodo 2 Maret silam di Istana Negara. Setelah 9 bulan, kasus-kasus baru dan korban meninggal pun masih terus dilaporkan hingga saat ini. Pandemi virus corona belum menunjukkan tanda-tanda menurun atau akan berakhir. Berbagai upaya untuk memutus rantai penularan, mulai dari penyusunan protokol kesehatan, upaya pengembangan vaksin dan obat, hingga bantuan untuk masyarakat terdampak masih dilakukan.

Covid – 19 dan Pengguna Media Sosial di Indonesia

Platform komunikasi dan jejaring sosial sudah bukan menjadi hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Fasilitas dan fitur yang tersedia di media sosial telah menyentuh kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang termasuk kegiatan perkenomian. Dengan adanya keadaan seperti ini membuat para wartawan, jurnalis dan organisasi media memiliki peranan penting dalam mengikuti perkembangan informasi yang dapat diandalkan dan memeriksa fakta dari informasi, agar tetap dapat dijadikan sebagai sumber terpercaya oleh masyarakat.

Salah satu bagian yang selalu bergerak dalam wabah ini adalah jumlah kasus yang terus meningkat setiap harinya. Jumlah yang terus meningkat ini membuat menarik perhatian publik, tetapi juga penting bagi negara untuk mengkomunikasikan cerita dibalik angka – angka tersebut, apa yang sudah dilakukan oleh negara untuk merespon virus ini dan apa yang dapat dilakukan oleh individu, juga memastikan bahwa cerita ini memiliki informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, agar masyarakat dapat percaya. Masyarakat juga dapat merasa lebih tenang dan nyaman saat informasi terkait isu – isu yang bertaburan ini jelas dan transparent.

Lalu peran Pemerintah sekarang membuat keputusan pelaksanaan PSBB dan Lockdown di sejumlah daerah memperkuat eksistensi sosial media sebagai penyambung perekonomia masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah kampanye dukungan terhadapan pelaksanaan protokol kesehatan dan regulasi pemerintah juga membanjiri berbagai platform media sosisal generasi muda. Gerakan dukungan terhdapan kegiatan stay at home yang di bicarakan pemerintah juga didukung oleh sejumlah influencer dan tokoh masyarakat. Serta publik figure turut menghiasi dukungan terhdapan langkah percepatan penanganan pandemi ini. Di sisi lain, ditinjau dari persepektif ekonomi, roda perekonomian masyarakat juga jelas terpengaruhi. Keputusan pelaksanaan PSBB disejumlah  tempat mengharuskan berbagai pelaku ekonomi mikro dan makro untuk membatasi gerak dan aktivitasnya. Lagi, sosial media kembali datang sebagai penyelamat dan penyambung kegiatan yang terhambat. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah kegiatan ekonomi yang dilakukan via sosial media seperti Instagram, Facebook, dan platform media sosial lain yang dipenuhi sejumlah promosi barang, makanan dan minuman, serta jasa oleh masyarakat.

New Normal, Harapan Baru dan Evolusi Sosial Media

Pada tanggal 28 Mei kemarin pemerintah menetapkan status New Normal, Definisi new normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan Covid – 19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. Pemerintah daerah diizinkan untuk mempersiapkan new normal jika daerah mereka berada di tingkat moderat atau sedang. Pemerintah menambahkan, beberapa sektor sedang mempersiapkan SOP untuk skenario new normal. Sektor industri, Pemerintah telah menerima Circular yang sesuai dengan protokol Satuan Tugas Covid – 19.

Pembukaan sejumlah fasilitas bertahap yang sudah terlaksanakan dari bulan Juni ini menyimpan sejumlah harapan besar dalam pemulihan roda perekonomian masyarakat. Suka atau tidak, pandemi ini mungkin saja akan berakhir lebih panjang dari perkiraan kita semua. Peran komunikasi yang terbatas dan belum maksimalnya pelaksaan pandemi di negara ini. Untuk kesekian kalinya, media sosial kembali memegang kunci komunikasi dalam sejumlah sektor penting kegiatan masyarakat. Sosialisasi pelaksanaan New Normal bahkan masih memanfaatkan media sosial. Jumlah user yang besar dan jangkauan audiens yang lebih luas dan efektif menjadikan proses pengenalan tahapan New Normal menjadi lebih mudah dan praktis. New Normal yang masih melaksanakan praktek protokol kesehatan, tentu akan sangat membutuhkan media sosial sebagai platform komunikasi. Pengenalan sejumlah aturan pembukaan usaha, pemantauan pelaksanaan protokol, hingga penawaran sejumlah produk diprediksi masih akan sangat bergantung pada akses media sosial. Media sosial telah berevolusi  dan menetapkan posisinya sebagai media komunikasi yang fundamental ditengah keterbatasan gerak masyarakat. Tanpa sosial media, bukan tak mungkin kondisi perekonomian masyarakat, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia akan lebih buruk. Tak bisa dipungkuri, Gencarnya dukungan kampanye terhdapan pelaksanaan protokol kesehatan bukanlah jaminan terhdapat implementasi yang maksimal ditengah masyarakat. Jumlah penduduk yang padat, serta ;emahnya kesadaram terhadap pentingnya pelaksanaan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sejumlah isu, hoax dan berita tak valid terkait pandemi ini menghantui platform komunikasi yang menyasar ke masyarakat dengan tingkat edukasi yang lemah. Berbagai tempat juga masih terlihat diabaikan dan tidak patuh terhadap protokol sehingga masih akan sangat marak ditemui perkumpulan – perkumpulan massa yang tak sesuai dengan peraturan kesehatan yang telah ditetapkan sejumlah vidio diskriminasi dan intimidasi terhdapat pasien positif Covid – 19 juga sempat beredar di media sosial. Stigma juga menyasar sejumlah tenaga media yang menangani para pasien dirumah sakit maupun wisma atlet, yang kemudia di perburuk dengan adanya isu agenda permainan angka jumlah pasien oleh rumah sakit terhadap pasien yang sampai hari ini belum dapat dikonfirmasi kebenaran mengenai positif atau negatifnya.

Berbagai peristiwa sosial ini kemudian dapat berdampak paa proses percepetan pandangan pandemi, karena kesadaran masyarakat dalam membantu dan mendukung seluruh langkah yang ditetapkan sangat fundamental dalam mencapai tujuan yang menilai bahwa langkah pelaksanaan New Normal adalah tahapan yang tepat dalam memulihkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang sempat turun dalam beberapa bulan terakhir. Harapan untuk melihat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat kembali pulih tentu berada dalam setiap doa masyarakat Indonesia hari ini. Kesadaran, edukasi, serta sikap yang disiplin akan menjadi tiga aspek penting yang harus tertanam didalam diri masyarakat, sembari menunggu vaksin Covid – 19 ditemukan dan menekan kurva pasien positif di Indonesia. Kerjasama diantara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap optimalisasi percepatan penangan pendemi di Indonesia sekarang ini.

 

 

 

Sumber Referensi :

https://m.mediaindonesia.com.read/detail/316817/-tak-ada-new-normal-dampak-sosial-ekonomi-tal-terkendali

https://tirto.id/apa-itu-new-normal-dan-bagaimana-penerapannya-saat-pandemi-corona-fCSg

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/02/144500965/virus-corona-di-indonesia-bagaimana-kondisi-pandemi-saat-ini?page=all

https://www.harianbhirawa.co.id/peran-media-massa-di-tengah-pandemi-covid-19/

https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public

 


  PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PERGURUAN TINGGI BERBASIS KARAKTER DI ERA DISRUPSI Ditulis Oleh Audy Kurnia Tri Saely Revolusi industri 4.0 mer...