PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PERGURUAN TINGGI BERBASIS KARAKTER DI ERA DISRUPSI
Ditulis Oleh Audy Kurnia Tri Saely
Revolusi industri 4.0
merupakan kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital
dan biologis, yang mengubah cara hidup kerja manusia secara fundamental. Pada
Sektor bisnis, misalnya kemajuan dalam daya komputasi, kecerdasan buatan,
robotik, dan ilmu material dapat mempercepat pergeseran menuju produk yang
lebih ramah lingkungan. Kemajuan teknologi digital telah merubah tatatan bisnis
baik sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, kemajuan teknologi
digital menawarkan kemudahan kepada konsumen dalam melakukan beragam aktivitas
sehari-hari seperti berkomunikasi, membeli barang, memesan tiket, hingga
bertransaksi hanya dengan menggunakan gawai.. Investor masa kini lebih
mempertimbangkan aset tak berwujud seperti inovasi dan penguasaan teknologi
dibandingkan aset berwujud berupa gedung atau pabrik, tanah dan peralatan.
Skala dan luasnya inovasi teknologi merevolusi
cara berbisnis.Hal ini tercemin dari jejak digital “entrepreneurship” yang selalu di baris paling atas pada pencari
google. Belajar kewirausahaan tidak lagi tersekat ruang kuliah karena google
play store menyediakan setidaknya 200-an aplikasi pembelajaran kewirausahaan.
Adapun survei yang dilakukan oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM)
tahun 2018, mengilustrasikan kondisi kewirausahaan di Indonesia. Terkait
indikator Total Early-stage Entrepreneurial Activity (TEA), misalnya
skor TEA Indonesia (14%) jauh lebih tinggi jika dibandingkan Jepang, Taiwan,
China dan India. Adapun fakta lain, hasil survei GEM menunjukkan dua indikator
lain; yaitu entrepreneurial education at school dan post-school stage
pada entrepreneurial framework conditions menempatkan Indonesia di
urutan ke-2 dan 3 dari 54 negara.
Bisnis pun ada
Pendidikannya di beberapa Negara Bagian, Pendidikan kewirausahaan itu pun
membekali mahasiswa tentang pengetahuan berwirausaha dalam bentuk startup
bisnis . Wilson mengemukakan bahwa perbedaan antara pendidikan kewirausahaan di
Amerika Serikat dan Eropa bermuasal dari perbedaan cara kewirausahaan
didefinisikan. Temuannya menunjukkan universitas-universitas di Amerika
memainkan peranan penting dalam ekosistem bisnis lokal, menghubungkan akademisi
dan perusahaan untuk memperkuat jaringan kemitraan para wirausaha, pemodal
ventura, dan praktisi bisnis. Dalam perkembangan di Indonesia beberapa
perguruan tinggi mulai mendirikan program studi kewirausahaan. Tercatat
sebanyak 20 perguruan tinggi telah tergabung dalam Aliansi Program Studi
Kewirausahaan Indonesia (APSKI). Pengembangan pendidikan kewirausahaan
menghadapi beragam tantangan sebagai berikut : Pertama, Seharusnya mereka memberikan porsi yang lebih besar pada pembimbingan
peserta didik untuk mampu menggali potensi diri sebagai wirausaha.
Kedua, Seharusnya
filosofi dan nilai-nilai kewirausahaan diintegrasikan pada apapun mata
pelajaran atau kuliah secara tematik sebagai bagian dari pendidikan karakter.
Ketiga, Manajemen
satuan pendidikan berorientasi entrepreneurial merupakan satu dari sekian
banyak komponen hidden curriculum yang akan menumbuhkan atmosfir kewirausahaan
bagi warga belajar.
Keempat, Penting
memberikan pemahaman bagaimana mengelola uang secara bijak sejak dini. Orang tua atau
pendidik seringkali menganggap tabu membicarakan segala sesuatu tentang uang
kepada anak berusia dini.
Kelima, Pada jenjang
perguruan tinggi masih minim jumlah perusahaan yang mau bermitra dengan lembaga
pendidikan tinggi untuk mencetak wirausaha baru melalui pendirian inkubator
bisnis.
Keenam, pembelajaran kewirausahaan harus diperkaya dengan beragam metode pembelajaran disesuaikan tuntutan era disrupsi metode pengajaran dan pembelajaran diarahkan untuk memperkuat literasi data, digital dan kemanusiaan secara bersamaan.
Berdasarkan kajian sejumlah literatur, ditemukan beragam model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi berbasis riset. Berbeda dengan negara berkembang, pendidikan kewirausahaan diajarkan ke peserta didik secara pragmatis. Pendidikan kewirausahaan di negara maju telah lama dikembangkan atas dasar penelitian dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk meningkatan efektifitas pembelajaran kewirausahaan. Para peneliti kewirausahaan di negara maju telah menemukan beragam model pendidikan kewirausahaan sesuai kondisi masing-masing negara.
Van Vuureen (1999)
mengembangkan model pendidikan kewirausahaan (Entrepreneurial Education Model)
berbasis kinerja (entrepreneurial performance) dengan formula E/P = [ aM (bE/S
x cB/S)]. Model tersebut menjelaskan bahwa Entrepreneurial Performance
merupakan fungsi dari motivasi, entrepreneurial skill dan business skill. Menurut Linan (2004), pendidikan kewirausahaan
dibedakan menjadi empat jenis yaitu: Pertama, pendidikan kesadaran
berwirausaha (entrepreneurial awareness education), Kedua,
pendidikan yang bertujuan untuk mendorong seseorang agar mampu mendirikan
sebuah bisnis (education for start-up), Ketiga adalah education
for entrepreneurial dynamism, Keempat, pendidikan lanjutan bagi wirausahawan
(continuing education for entrepreneurs).
Pretorius dan Ras
(2007) mengembangkan model pendidikan kewirausahaan yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran di negara berkembang, yaitu Afrika Selatan. Model yang
dikembangkan tidak hanya menekankan pada isi dari pendidikan kewirausahaan
namun juga konteks dimana proses pembelajaran tersebut dijalankan oleh
fasilitator dengan pendekatan yang digunakannya.
Model pendidikan
kewirausahaan yang komprehensif dikembangkan oleh The Quality Assurance Agency for
Higher Education . Menurut model ini , pendidikan
kewirausahaan harus mampu membekali peserta didik dengan keterampilan bisnis
dan keterampilan kewirausahaan. Hal yang penting untuk dipikirkan adalah
bagaimana melekatkan antara bisnis dan kewirausahaan ke dalam
kurikulum. Ketrampilan dalam menjalankan perusahaan tidak hanya meliputi
mengusulkan ide-ide baru, mengidentifikasikan peluang, namun juga
mencakup hal yang lebih luas yaitu penerapan kemampuan
emosi, intelektual, sosial dan teknis. Oleh karena itu
pendidikan bisnis juga diharapkan dapat membangun ketrampilan dan intuisi dalam
pengambilan keputusan, kerjasama dalam tim, membangun
jaringan, pemecahan masalah secara kreatif, inovatif, kemampuan
berpikir strategik, dan kemampuan menyelesaikan tugas sesuai dengan
target. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa baik
pendidikan bisnis maupun pendidikan kewirausahaan membekali mahasiswa dan
lulusan untuk dapat mengembangkan kesadaran berbisnis, pola pikir
berwirausaha, dan kemampuan berwirausaha secara keseluruhan ke dalam
bidang yang lebih luas.
Valerio, Parton and
Robb (2014) membagi pendidikan kewirausahan ke dalam 2 jenis yaitu; program
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship education and
training). Keduanya memiliki tujuan untuk merangsang atau mendorong
kewirausahaan, namun berbeda dalam hal berbagai tujuan atau luaran program
itu sendiri. Program pendidikan kewirausahaan cenderung berfokus pada
membangun pengetahuan tentang kewirausahaan dan keterampilan yang diperlukan
untuk tujuan kewirausahaan. Untuk Pelajaran Mahasiswa mengenai Kewirausahaan
ini ditekankan pada ranah sikap (attitude) di antaranya untuk mengembangkan
sikap kreatif, inovatif, dorongan untuk mengungguli orang lain, percaya diri,
keberanian menghadapi risiko, komitmen, kepemimpinan dan kemampuan memecahkan
masalah.
Sikap ini
dikembangkan melalui metode pembelajaran diskusi, symposium, brainstorming dan
experimental/ Project. Tahapan pembentukan karakter wirausaha bagi mahasiswa
dapat dirangkum dalam berbagai kegiatan yang bersifat adaptif dan kompetitif.
Merespon tantangan revolusi industri 4.0, pendidikan kewirausahaan harus
diarahkan untuk mampu meningkatan literasi data dan digital. Kedua literasi ini
diperlukan agar mahasiswa mampu mengikuti perubahan dunia bisnis berbasis
teknologi digital.
Dari Artikel ini saya
dapat mengambil kesimpulan, Di era revolusi industri 4.0 merupakan kemajuan
teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis. Dunia
Bisnis juga sangat dipengaruhi. Dari Pendapat – Pendapat para ahli yang tertera
di Artikel ternyata berwirausaha bukan hanya sekedar mendapat ide lalu dibuat
dan dipasarkan tetapi masih banyak metode – metode, model- model maupun jenis-
jenis lain yang harus dipelajari lagi agar sukses dalam berbisnis para era
sekarang. Dan untuk Universitas maupun dosen pengajar Ilmu bisnis atau
Berwirausaha harus lebih memperhatikan dan mendalami pendapat – pendapat dari
para ahli yang tertera di artikel ini untuk para mahasiswa agar lebih bisa
paham lebih jauh mengenai bisnis itu sendiri bagaimana, dan mampu
merealisasikan saat memulai untuk berwirsausaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar