Sabtu, 17 April 2021

 

TRANSFORMASI PENDIDIKAN BISNIS DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


Ditulis Oleh Audy Kurnia Tri Saely 

Perubahan global yang menjadi isu dalam pembicaraan masyarakat umum dan komunitas akademis adalah disrupsi diberbagai aspek kehidupan dampak dari revolusi industri 4.0 telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat terutama di sektor bisnis lalu Era disrupsi digital berdampak pada perubahan skills dan industri. Menurut survey LinkedIn, 58% CEO Asia Pacific mengatakan bahwa teknologi telah merubah peta kompetisi bisnis dalam 5 tahun terakhir, sementara 72% dari mereka menyakini teknologi akan merubah strategi kompetisi dalam 5 tahun mendatang. Berdasarkan data Digital Evolution Index (2017), posisi Indonesia dikelompokan dalam kuadran Break Out (Chakravorti & Chaturverdi, 2017). Kuadran ini memiliki karakteristik yaitu tingkat kemajuan digital rendah, pertumbuhan inovasi cepat, inovasi yang subur dan berkelanjutan, berpotensi memasuki tahapan Stand Out. Kuadran Stand out memiliki ciri-ciri; tingkat kemajuan digital tinggi, pertumbuhan inovasi cepat, dan maitaining atau sustaining inovation-led growth. Kuadran Stand Out didominasi negara-negara maju. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi makro Indonesia yang masih fokus efficiency-driven economy, belum menjadi innovation-driven economy.
Selain itu, masuknya generasi Y dan Z (generasi milenial) ke dalam angkatan kerja akan memperbesar laju penetrasi digital.Era digitalisasi berpotensi meningkat seiring dengan porsi struktur demografis Indonesia yang kondusif terhadap penetrasi dan adaptasi teknologi (Gen Y dan Z yang tinggi). Posisi di Diagram yang tertera dapat diraih bangsa ini dikarenakan trend pengembangan digital yang didukung Pertama, pesatnya pemanfaatan media informasi digital. Kedua, struktur demografis. Era digitalisasi berpotensi meningkat seiring dengan porsi struktur demografis Indonesia yang kondusif terhadap penetrasi dan adaptasi teknologi (Gen Y dan Z yang tinggi). Ketiga, Gerakan Nasional Non Tunai. Program-program seperti e-toll, busway ticket, commuter ticket, less cash society menjadikan transaksi non tunai semakin berkembang pesat Terdapat 3 (tiga) komponen utama dari ekonomi digital : 

a) Infrastruktur bisnis digital (e-business infrastructure) : hardware, software, human capital.

b) Bisnis digital (e-business) : proses dan organisasi bisnis via digital,

c) Perdagangan digital (e-commerce) : jual-beli via digital. Fokus utama ekonomi digital mencakup: a) Productivity, employment, and inequality; b) New digital business models; c) Big data; d) Education in the digital economy; e) Technology dan innovation; f) Impact of automation on the economy and society; dan g) The economics of information
Dalam merespon revolusi indutri 4.0, 

pemerintah menyalurkan inisiatif strategi Making Indonesia 4.0 yang fokus pada 10 sektor yaitu; 

1) Perbaikan alur material,

2) Mendesain ulang zona industri, 

3) Akomodasi standar sustainability, 

4) Pemberdayaan UMKM, 

5) Membangun infrastruktur digital nasional, 

6) Menarik investasi asing, 

7) Peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia, 

8) Pembentukan ekosistem inovasi, 

9) Menerapkan insentif investasi teknologi, 


10) Harmonisasi aturan dan kebijakan.



STRATEGI TRANSFORMASI PENDIDIKAN BISNIS

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar didunia, Setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat merupakan penetrasi pasar bagi tumbuh kembangnya ekonomi digital. Kuadran ini memiliki karakteristik yaitu tingkat kemajuan digital rendah, pertumbuhan inovasi cepat, inovasi yang subur dan berkelanjutan, berpotensi memasuki tahapan Stand Out. Adapun beberapa strategi dan kebijakan yang perlu diperhatikan penyelenggara pendidikan bisnis agar mampu beradaptasi di era revolusi industri 4.0 yaitu Pertama, penyelenggara pendidikan bisnis harus menetapkan strategi pengembangan program studi dengan jelas. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi makro Indonesia yang masih fokus efficiency-driven economy, dan belum menjadi innovation-driven economy. Akibat perubahan tuntutan skills sumber daya manusia di berbagai industri saat ini, pendidikan bisnis pun mulai melakukan perubahan. Selanjutnya menurut Chachoua pendidikan bisnis, tampaknya, berada di ambang restrukturisasi. Tetapi dengan perkembangan teknologi yang cepat yang mempengaruhi ekonomi dan pendidikan, perubahan harus dilakukan dengan cepat jika pendidikan bisnis ingin tetap relevan dengan tuntutan industri. Hingga saat ini, terdapat dua model penyelenggaraan pendidikan bisnis yaitu konvensional dan pembaharuan.

Kedua, Merestrukturasi kurikulum pendidikan bisnis. Sementara profil lulusan di dalam kurikulum harus dirumuskan dengan spesifik. Pembaharuan kurikulum ditujukan untuk memberikan kemampuan manajemen yang handal dalam menjawab persoalan bisnis dan mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan di dalam lanskap bisnis yang berubah. Mahasiswa yang akan menjadi pemimpin bisnis tidak lagi menjalankan bisnis sebagaimana biasanya, melainkan membangun bisnis berbasis inovasi dan mendorong kolaborasi multidisipliner, serta menciptakan desain bisnis yang semakin relevan untuk mendukung kinerja prima perusahaan.

Ketiga, terkait pengembangan dan pengayaan isi pembelajaran. Isi pembelajaran harus perlu terus diadaptasikan dengan perkembangan dan perubahan yang ada. Penggunaan big data yang tengah terjadi di lapangan serta coding perlu diajarkan di kelas-kelas bisnis agar mampu mensinkronkan kemajuan teknologi dengan ilmu yang diperoleh oleh para mahasiswa .
Selain itu, Pendidikan bisnis harus mulai menerapkan sistem pembelajaran hibrid atau blended learning online dan Massive Open Online Courses . Sebagai contoh, pengajaran dalam kelas dapat direkam dan dilihat secara online oleh peserta didik secara menyenangkan. Forum dan grup diskusi untuk mendalami pemahaman tentang konsepkonsep perkuliahan dapat dilakukan secara online dengan melibatkan banyak peserta didik tanpa hambatan dan berbiaya murah melalui aplikasi seperti Zoom, Skype, and Google

Keempat, peningkatan kemitraan antar pendidikan bisnis dengan dunia industri. Kritik terhadap pendidikan tinggi di Indonesia selama ini adalah ketidaksiapan lulusan bekerja di industri. Peningkatan kemitraan dengan dunia industri menjadi penting. Kemitraan akademik antar penyelenggara pendidikan bisnis dengan dunia industri harus lebih diintensifkan. Penelitian-penelitian terapan dalam bisnis yang melibatkan mahasiswa untuk penyusunan skripsi, tesis dan disertasinya, dan diperkuat dengan praktik kerja langsung atau magang di dunia industri akan memperkuat kerjasama antara kampus dan dunia industri. Artikel “How Business Schools compete in a distrupted market” di Financial times memperkuat pentingnya partnership dengan pihak ekternal/ kalangan industri.

Kelima, peningkatan kualitas kemampuan berpikir kritis dan kompleks bagi para mahasiswa pendidikan bisnis. Tujuannya agar mahasiswa sekolah bisnis mampu merespons derasnya informasi di era teknologi serta memiliki ketrampilan untuk memilah dan juga mengkritisi keakuratan informasi . Sebagai gantinya, mereka diarahkan untuk mampu mengidentifikasi berbagai alternatif yang bisa terjadi, seraya merancang bisnis yang inovatif dan fleksibel dalam menghadapi kondisi tersebut.

Keenam, perubahan metode pembelajaran. Peran tenaga pendidik pada sekolah bisnis harus beralih dari sekedar mentransfer pengetahuan menjadi seorang fasilitator dalam diskusi, praktisi dalam bisnis yang kaya dengan pengalaman, serta mampu menjadi pengarah nilai/pengawal etika dalam berbisnis . Tenaga pendidik dapat berperan dengan baik di sini, apabila memiliki pengalaman yang kaya, mampu mengembangkan kemutahiran studi kasus yang berbasis data lapangan sebagai bahan diskusi, mampu mengkritisi praktik dalam dunia bisnis dari sisi etika.
Pereira menyarankan penggunaan beragam metode experiential learning atau action learning, seperti immersive work experiences, multiple required projects, and sequenced residencies.

Ketujuh, membangun atmosfir akademik berorientasi kewirausahaan melalui penciptaan entrepreneurial university sebagai bagian dari hidden curriculum. Hal ini dapat diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan dan program yang pro iklim kewirausahaan di universitas. Internalisasi budaya kewirausahaan . Jika kelima komponen entrepreneurial university dilaksanakan secara konsisten, maka eko-sistem kewirausahaan dapat direalisasikan secara nyata. Luaran pendidikan bisnis mencakup wirausaha bisnis, wirausaha sosial dan intrapreneur. Perlu disadari bahwa peserta didik berasal dari generasi milenial. Intensi berwirausaha kelompok ini sangat tinggi.

Upaya untuk merespon perubahan yang terjadi akibat revolusi industri 4.0, pendidikan bisnis harus melaksanakan transformasi baik penyelenggara/ institusi maupun layanan program yang ditawarkan kepada masyarakat. Artikel ini menawarkan gagasan strategi yang dapat diterapkan oleh penyelenggaran pendidikan bisnis agar dapat bertahan di era disrupsi. Strategi tranformasi pendidikan bisnis akan berhasil apabila para pengampu kepentingan – penyelengara pendidikan bisnis, dunia industri dan pemerintah – berkolaborasi secara harmonis untuk mewujudkan startegi besar Making Indonesia 4.0.


  PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PERGURUAN TINGGI BERBASIS KARAKTER DI ERA DISRUPSI Ditulis Oleh Audy Kurnia Tri Saely Revolusi industri 4.0 mer...