TRANSFORMASI PENDIDIKAN BISNIS DI
ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Ditulis Oleh Audy Kurnia Tri Saely
Perubahan global yang
menjadi isu dalam pembicaraan masyarakat umum dan komunitas akademis adalah
disrupsi diberbagai aspek kehidupan dampak dari revolusi industri 4.0 telah
mengubah tatanan kehidupan masyarakat terutama di sektor bisnis lalu Era
disrupsi digital berdampak pada perubahan skills dan industri. Menurut survey LinkedIn, 58% CEO
Asia Pacific mengatakan bahwa teknologi telah merubah peta kompetisi bisnis
dalam 5 tahun terakhir, sementara 72% dari mereka menyakini teknologi akan
merubah strategi kompetisi dalam 5 tahun mendatang. Berdasarkan data Digital
Evolution Index (2017), posisi Indonesia dikelompokan dalam kuadran Break Out
(Chakravorti & Chaturverdi, 2017). Kuadran ini memiliki karakteristik yaitu
tingkat kemajuan digital rendah, pertumbuhan inovasi cepat, inovasi yang subur
dan berkelanjutan, berpotensi memasuki tahapan Stand Out. Kuadran Stand out
memiliki ciri-ciri; tingkat kemajuan digital tinggi, pertumbuhan inovasi cepat,
dan maitaining atau sustaining inovation-led growth. Kuadran Stand Out
didominasi negara-negara maju. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi
makro Indonesia yang masih fokus efficiency-driven economy, belum menjadi
innovation-driven economy.
a) Infrastruktur bisnis digital (e-business infrastructure) : hardware, software, human capital.
b) Bisnis digital (e-business) : proses dan organisasi bisnis via digital,
c)
Perdagangan digital (e-commerce) : jual-beli via digital. Fokus utama ekonomi
digital mencakup: a) Productivity, employment, and inequality; b) New digital
business models; c) Big data; d) Education in the digital economy; e)
Technology dan innovation; f) Impact of automation on the economy and society;
dan g) The economics of information
pemerintah menyalurkan inisiatif strategi Making Indonesia 4.0 yang fokus pada 10 sektor yaitu;
1) Perbaikan alur material,
2) Mendesain ulang zona industri,
3) Akomodasi standar sustainability,
4) Pemberdayaan UMKM,
5) Membangun infrastruktur digital nasional,
6) Menarik investasi asing,
7) Peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia,
8) Pembentukan ekosistem inovasi,
9) Menerapkan insentif investasi teknologi,
10) Harmonisasi aturan dan
kebijakan.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar
didunia, Setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat merupakan penetrasi pasar
bagi tumbuh kembangnya ekonomi digital. Kuadran ini memiliki karakteristik
yaitu tingkat kemajuan digital rendah, pertumbuhan inovasi cepat, inovasi yang
subur dan berkelanjutan, berpotensi memasuki tahapan Stand Out. Adapun beberapa
strategi dan kebijakan yang perlu diperhatikan penyelenggara pendidikan bisnis
agar mampu beradaptasi di era revolusi industri 4.0 yaitu Pertama,
penyelenggara pendidikan bisnis harus menetapkan strategi pengembangan program
studi dengan jelas. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi makro Indonesia
yang masih fokus efficiency-driven economy, dan belum menjadi innovation-driven
economy. Akibat perubahan tuntutan skills sumber daya manusia di berbagai
industri saat ini, pendidikan bisnis pun mulai melakukan perubahan. Selanjutnya
menurut Chachoua pendidikan bisnis, tampaknya, berada di ambang
restrukturisasi. Tetapi dengan perkembangan teknologi yang cepat yang
mempengaruhi ekonomi dan pendidikan, perubahan harus dilakukan dengan cepat
jika pendidikan bisnis ingin tetap relevan dengan tuntutan industri. Hingga
saat ini, terdapat dua model penyelenggaraan pendidikan bisnis yaitu
konvensional dan pembaharuan.
Kedua, Merestrukturasi kurikulum pendidikan bisnis. Sementara
profil lulusan di dalam kurikulum harus dirumuskan dengan spesifik. Pembaharuan
kurikulum ditujukan untuk memberikan kemampuan manajemen yang handal dalam
menjawab persoalan bisnis dan mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan
di dalam lanskap bisnis yang berubah. Mahasiswa yang akan menjadi pemimpin
bisnis tidak lagi menjalankan bisnis sebagaimana biasanya, melainkan membangun
bisnis berbasis inovasi dan mendorong kolaborasi multidisipliner, serta
menciptakan desain bisnis yang semakin relevan untuk mendukung kinerja prima perusahaan.
Keempat, peningkatan kemitraan antar pendidikan bisnis
dengan dunia industri. Kritik terhadap pendidikan tinggi di Indonesia
selama ini adalah ketidaksiapan lulusan bekerja di industri. Peningkatan
kemitraan dengan dunia industri menjadi penting. Kemitraan akademik antar
penyelenggara pendidikan bisnis dengan dunia industri harus lebih
diintensifkan. Penelitian-penelitian terapan dalam bisnis yang
melibatkan mahasiswa untuk penyusunan skripsi, tesis dan
disertasinya, dan diperkuat dengan praktik kerja langsung atau magang di
dunia industri akan memperkuat kerjasama antara kampus dan dunia
industri. Artikel “How Business Schools compete in a distrupted market” di
Financial times memperkuat pentingnya partnership dengan pihak ekternal/
kalangan industri.
Kelima, peningkatan kualitas kemampuan berpikir kritis dan
kompleks bagi para mahasiswa pendidikan bisnis. Tujuannya agar mahasiswa
sekolah bisnis mampu merespons derasnya informasi di era teknologi serta
memiliki ketrampilan untuk memilah dan juga mengkritisi keakuratan informasi .
Sebagai gantinya, mereka diarahkan untuk mampu mengidentifikasi berbagai
alternatif yang bisa terjadi, seraya merancang bisnis yang inovatif dan
fleksibel dalam menghadapi kondisi tersebut.
Ketujuh, membangun atmosfir akademik berorientasi
kewirausahaan melalui penciptaan entrepreneurial university sebagai bagian dari
hidden curriculum. Hal ini dapat diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan dan
program yang pro iklim kewirausahaan di universitas. Internalisasi budaya
kewirausahaan . Jika kelima komponen entrepreneurial university dilaksanakan
secara konsisten, maka eko-sistem kewirausahaan dapat direalisasikan secara
nyata. Luaran pendidikan bisnis mencakup wirausaha bisnis, wirausaha sosial dan
intrapreneur. Perlu disadari bahwa peserta didik berasal dari generasi
milenial. Intensi berwirausaha kelompok ini sangat tinggi.
Upaya untuk merespon perubahan yang terjadi akibat revolusi
industri 4.0, pendidikan bisnis harus melaksanakan transformasi baik
penyelenggara/ institusi maupun layanan program yang ditawarkan kepada
masyarakat. Artikel ini menawarkan gagasan strategi yang dapat diterapkan oleh
penyelenggaran pendidikan bisnis agar dapat bertahan di era disrupsi. Strategi tranformasi pendidikan bisnis akan berhasil apabila para
pengampu kepentingan – penyelengara pendidikan bisnis, dunia industri dan
pemerintah – berkolaborasi secara harmonis
untuk mewujudkan startegi besar Making Indonesia 4.0.
Sangat bermanfaat, semangat terus bikin artikelnya!
BalasHapus